A. Konsep dasar kanker serviks
1.
Pengertian
Kanker berasal adari
kata carcinos/carsinoama (bahasa yunani) yang berarti binatang yang sekali
mengcengkram tidak akan terlepas sampai mati. Sehingga dapat dikatakan bahwa
kanker adalah penyakit ganas yang merusak, menyebar, sulit disembuhkan juga
mematikan. Hal ini dikatakan oleh sukardja(2000) kemudian di perkuat oleh
ungkapan Sjamsuhidajat (1998) yang mengatakan bahwa bahwa sel kanker
berkemabang biak secara tidak terkendali, merusak bentuk dan fungsi organ
tumbuhnya. Doenges (1999) juga merumuskan bahwa kanker merupakan suatugambaran
gangguan pertumbuhan seluler.
Kanker serviks adalah
perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik histologi. Peroses perubahan
utama menjadi tumor muali terjadi pada sel-sel aquamocolummar junction
(Mitayani, ).
Kanker serviks atau
yang lebih dikenal dengan kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh
didalam leher ramih atau serviks yang merupakan bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina. Pada penderita kanker serviks terdapat sekelompok
jaringan yang tumbuh secara terus-menerus yang tidak terbatas, tidak
terkoordinasi dan tidak berguna bagi
tubuh sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat berfungsi dengan baik
(Sarwono, 2006)
Kanker serviks adalah
keganasan yang terjadi pada leher rahim atau serviks, menurut (Regina vt
Novita, s.kep 2011).
Kanker cerviks
adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau cerviks (bagian
terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker cerviks biasanya
menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun.(Nada, 2007)
Kaker serviks adalah
kondisi yang jarang terjadi dibanding sebelumnya akibat deteksi denngan
Pap-Smear, kondisi ini terjadi paling sering pada usia 30 sampai 45 tahun,
tetapi dapat terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun, pada wanita dibawah usia 25
tahun dengan riwayat pasangan seksual lebih dari satu orang dan beberapa
kehamilan dini angka kejadian ini lebih prevalen. Menutut (Suzanne C. Smeltzer
and Brenda G. Bare)
Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papiloma virus
(HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim awalnya terjadi pda leher rahim,
apabila telah memasuki tahap lanjut kanker ini dapat menyebar ke organ organ
lain di seluruh badan si penderita.
Kanker serviks ini
sering terjadi paling sering pada usia 30 sampai 45 tahun, tetapi dapat terjadi
pada usia dini yaitu 18 tahun.
Dari semua pengertian di atas maka disimpulkan bahwa
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel
mulut rahim/serviks yang abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah
displasia atau mengarah keganasan. Kanker ini hanya menyerang wanita yang
pernah atau sekarang dalam status sexually active. Tidak pernah ditemukan
wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual pernah menderita kanker ini.
Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling banyak
pada wanita yang berusia 35 - 55 tahun. Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang
mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor risikonya.
2.
Anatomi
Fisiologi serviks dan Gambar Serviks
Normal dan Abnormal
a.
Anatomi
Fisiologi serviks
Gambar 2.1a Anatomi Fisiologi sistem reproduksi wanita
a.
Anatomi Alat Reproduksi Wanita
(Saroha Pinem, SKM, M.Kes. 2009 : 5)
Alat reproduksi wanita terdiri dari dua bagian utama
yaitu : organ reproduksi bagian luar dan organ reprokduksi bagian dalam.
1) Organ reproduksi bagian luar
Bagian
reproduksi bagian luar terdiri dari :
1. Mons veneris : Bagian yang menonjol
dibagian simfisis. Pada perempuan dewasa di tutupi oleh rambut kemaluan
2. Labia mayora (bibir-bibir besar)
terdiri dari bagian kanan dan kiri, lonjong menegecil kebawah. Di sebelah bawah
dan belakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk komisura posterior.
3. Labia minora (bibir-bibir kecil)
adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Kedepan kedua
bibir kecil bertemu dan membentuk preputium kklitoridis diatas klitoris dan
frenulum klitoridis dibawah klitoris. Kebelakang kedua bibir kecil bersatu dan
membentuk fossa navikulare. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak
kelenjar lemak dan ujung-ujung urat saraf menyebabkan bibir kecil amat
sensitif. Jaringan ikatnya mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa otot
polos yang menyebabkan bibir kecil dapat mengembang.
4. Klitoris adalah organ pendek
berbentuk silinderdan erektil terletek tepat di bawah arkus pubis. Dalam
keadaan tidak terangsang,bagian yang terlihat kira-kira sebesar kacang hiaju,
terdiri dari glans dan korpus klitoridis membesar. Glans klitoridis mengandung
banyak pembuluh darah dan persarafan membuat klitoris sangat sensitif terhadap
suhu, sentuhan dan sensasi tekanan. Fungsi utama klitoris adalah merangsang dan
meningkatkan ketegangan seksual.
5. Vulva berbentuk lonjong, memanjang
dari muka ke belakang. Dimuka dibatasi oleh klitoris, dikanan dan kiri dibatasi oleh kedua bibir kecil dan di
belakang oleh perinium. Kira-kira 1-1,5 cm di bawah klitoris terdapat lubang
kemih yang berbentuk membujur, kira-kira 4-5 mm. Lubang kemih tertutup oleh
lipatan-lipatan selaput vagina yang menyebabkan kadang-kadang sukar ditemukan.
Tidak jauh dari lubang kemih di kiri dan kanan bawahnya terdapat kelenjar/
skene, di kiri dan dikanan bawah dekat fossa navikulare terdapat kelenjar
Bartholin. Pada waktu koitus kelenjar bartholini mengeluarkan getah lendir.
6. Bulbus vestibuli kiri dan kanan terletak
dibawah selaput lendir vulva, menagndung banyak pembuluh darah. Pada waktu
persalinan biasanya kedua bulbus tertarik ke atas, kebawah arkus pubis, akan
tetapi bagian bawahnya yang melingkari vagina sering menaglami cedera,
kadang-kadang timbul hematoma vulva atau perdarahan
7. Introitus vagina mempunyai bentuk
dan ukuran yang berbeda-beda pada setiap individu. Pada wanita, introitus
dilindungi oleh labia minora, baru dapat dilihat jika bibir kacil dibuka, ditutupi
oleh himen atau selaput dara.
8. Perineum, terletak antara vulva dan
anus, ditutupi kulit. Panjangnya kira-kira 4 cm.
2) Organ reproduksi bagian dalam
Organ
reproduksi bagian dalam terdiri dari
1. Vagina (liang kemaluan) ditemuakan
setealah melewati introitus vagina yang menghubungkan introitus dan uterus,
terletak di belakag rektum dan di belakng kandung kemih dan uretra. Dinding
depan lebih pendek (sekitar 9 cm) dan berdekatan satu sama lain. Bagian sebelah
dalam vagina berlipat-lipat disebut rugae, ditengahnya ada bagian yang lebih
keras disebut kolumna rugarum. Lipatan-lipatan tersebut memungkikan vagina
dapat melebar pada waktu persalinan.
Mukosa
vagian berespon dengan cepat terhadap stimulasi estrogen dan perogestron.
Sel-sel yang diambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar
hormon seks steroid.
Cairan
vagina sedikit asam, berasal dari saluran genetalia atau bawah. Intraksi antara
laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan keasaman (P.H. 4.5). apa bila
cairan PH naik antara 5, maka insiden infeksi vagina meningkat. Kebersihan
relatif vagina dipertahankan oleh cairan yang terus mengalir dari vagina.
Fungsi vagina adalah sebagai organ untuk koitus dan jalan lahir.
2. Uterus adalah organ berdinding
tebal, muskular dan pipih, tampak seperti buah peer terbalik. Dalam keadaan
fisiologis, posisi uterus adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan
membentuk sudut dengan vagina, begitu juga dengan korpus uteri kedepan dan
membentuk sudut denagan serviks uteri).
Uterus (rahim) merupakan organ yang memiliki peranan besar dalam reproduksi wanita, yakni dari saat menstruasi hingga melahirkan. Bentuknya seperti buah pear, berongga, dan berotot. Sebelum hamil beratnya 30-50 gram dengan ukuran panjang 9 cm dan lebar 6 cm kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil mampu membesar dan beratnya mencapai 1000 gram.
Uterus (rahim) merupakan organ yang memiliki peranan besar dalam reproduksi wanita, yakni dari saat menstruasi hingga melahirkan. Bentuknya seperti buah pear, berongga, dan berotot. Sebelum hamil beratnya 30-50 gram dengan ukuran panjang 9 cm dan lebar 6 cm kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil mampu membesar dan beratnya mencapai 1000 gram.
Uterus terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
1. Lapisan parametrium merupakan
lapisan paling luar dan yang berhubungan dengan rongga perut.
2. Lapisan myometrium merupakan lapisan
yang berfungsi mendorong bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi)
3. Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam
rahim tempat menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari
lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.
Setelah
menstruasi permukaan dalam uterus menjadi tebal karena pengaruh hormon
estrogen. Kemudian terjadi ovulasi diikuti dengan keluarnya cairan karena
pengaruh hormon progresteron. Bila tidak terjadi pembuahan maka lapisan tadi
bersama sel telur akan terlepas (meluruh) dan keluar melalui vagina yang
disebut sebagai menstruasi. Waktu antara dua menstruasi disebut siklus
menstruasi. Walaupun rata-rata periodenya datang setiap 28 hari, hal ini dapat
bervariasi pada setiap perempuan. Periode ini juga sangat tidak teratur pada
2-3 tahun pertama mulai menstruasi.
3. Tuba falopii adalah organ yang
dikenal dengan istilah saluran telur. Saluran telur adalah sepasang saluran
yang berada pada kanan dan kiri rahim sepanjang +10cm yang menghubungkan uterus
dengan ovarium melalui fimbria. Ujung yang satu dari tuba falopii akan bermuara
di uterus sedangkan ujung yang lain merupakan ujung bebas dan terhubung ke
dalam rongga abdomen.
Ujung yang bebas berbentuk seperti umbai yang bergerak bebas. Ujung ini disebut fimbria dan berguna untuk menangkap sel telur saat dilepaskan oleh ovarium (indung telur). Dari fimbria, telur akan digerakkan oleh rambut-rambut halus yang terdapat di dalam saluran telur menuju ke dalam rahim.
Ujung yang bebas berbentuk seperti umbai yang bergerak bebas. Ujung ini disebut fimbria dan berguna untuk menangkap sel telur saat dilepaskan oleh ovarium (indung telur). Dari fimbria, telur akan digerakkan oleh rambut-rambut halus yang terdapat di dalam saluran telur menuju ke dalam rahim.
4. Ovarium terletak pada kiri dan kanan
ujung tuba (fimbria/umbai-umbai) dan terletak di rongga panggul. Ovarium
merupakan kelenjar yang memproduksi hormon estrogen dan progresteron. Ukurannya
3×3×2 cm, tiap ovarium mengandung 150.000-200.000 folikel primordial. Sejak
pubertas setiap bulan secara bergantian ovarium melepas satu ovum dari folikel
degraaf (folikel yang telah matang), peristiwa ini disebut ovulasi.
b. Fisiologi Alat Reproduksi Waita (Saroha Pinem, SKM, M.Kes. 2009 : 11)
Setelah tercapai purbertas pada usia 12-16 tahun
terjadi perubahan perubahan pada ovarium yang mengakibatkan pula perubahan
besar pada seluruh tubuh perempuan.
1. Siklus haid (menstruasi)
Siklus haid
dapat berbeda-beada setiap perempuan sehat dan normal. Lamanya siklus haid yang
di anggap normal adalah 28 hari ditamabh atau dikurangi dua sampai tiga hari.
Setiap
siklus dibedakan dalam empat fase yaitu :
a. Fase haid lamanya dua samapi delapan
hari, rata-rata lima hari, dimuali sekitar 14 hari sekitar ovulasi. Hari
pertama keluarnya darah haid ditetapkan sebagai hari pertama siklus
endometrium. Pada waktu ini endometrium dilepas dan dicampakan dari dinding
uterus diseratai denagn perdarahan. Jumlah darah yang hilang sangat bervariasi
diantara perempuan dengan rentang antara 20 samapai 80 ml (rata-rata 50 ml)
b. Fase proliferasi berlangsung sampai
hari keemapat belas, endometrium tumbuh kemabli, disebut endometrium
poliferasi. Pada masa ini terjadi penebalan endometrium 8 sampai 10 kali lipat
dan berakhir saat ovulasi.
c. Fase sekresi berlangsung sejak hari
ovulsi samapi sekitar tiga hari sebelum periode haid berikutnya. Pada akhir
fase sekresi endometrium matang degan sempurna mencapai ketebalan seperti
beludru yang tebal dan halus, kaya dengan darah dan sekresi kelenjar yang kaya
dengan glikogen dan lemak dan merupakan tempat yang sesuai untuk melindungi dan
memberi nutrisi ovum yang dibuahi. Pada masa ini korpus rubrum pada ovarium
menjadi korpus lutreum yang menghasilkan hormon progestron.
b. Gambar Serviks Normal dan Abnormal
Gambar 2.2b Servik Normal
Gambar 2.2b Serviks Abnormal/
Kanker Serviks
3.
Etiologi
Infeksi human papiloma
virus/HPV atau Virus Papiloma manusia dapat terjadi pada perempuan usia subur.
HPV ditularkan melalui hubungan seks dan ditemukan pada 95% kasus kanker leher
rahim. Infeksi HVP dapat menetap dan berkembang menjadi displasia atau sembuh
secara sempurna.
Ada ratusa tipe HVP yang digolongkan
menjadi dua, yaituh HVP risiko tinggi (onkogenik), yang utamanya tipe 16, 18
dan 31, 33, 45, 52, 58, dan HVP resiko rendah (non onkogenik) yaitu HPV tipe 6,
11, 32, dan sebagainya. Tipe 16 dan 18 merupakan tipe kanker serviks.
Peroses terjadinya kanker leher rahim
berhubungan erat dengan proses metaplasia. Masuknya mutagen (bahan-bahan yang
dapat mengubah peragai sel secara genetik) pada saat fase aktif metaplasia
dapat berubah menjadi sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi
di zona tranformasi. Sel yang mengalami mutasi disebut sel displastik dan
kelainan epitelnya disebut dipslasia (Neoplasia Intra-epitel Serviks/NIS).
Perkembangan kanker leherrahim dimulai
dari displasia (ringan, sedang dan berat). Lesi displasia sering disebut “lesi
pra-kanker”, yaitu kelainan pertumbuhan sel yang perkembangannya sangat lamban. Displasia kemudian berkembang
menjadi karsinoma in-situ (kanker belum menyebar), dan akhirnya menjadi
karsinoma invasif (kaker yang dapat menyebar). Perkembnagan dari diplasia
menjadi kanker membutuhkan waktu bertahun tahun (7-15 tahun).
Ada
beberapa faktor resiko antara lain :
1.
Umur pertama kali melakukan hubungan
seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Menikah pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.
2.
Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3.
Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4.
Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks.
5.
Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6.
Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam
rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
7.
Berganti pasangan seksual dan tanpa
menggunakan kondom
8.
Riwayat infeksi didaerah kelamin dan
radang panggul. Infeksi menular seksual (IMS) dapat menjadi peluang
meningkatnya risiko terkena kanker leher rahim
9.
Perempuan yang menjadi perokok pasif
mempunyai risiko 1,4 kali lebih besar daripada perempuan yang hidup dengan
udara bebas.
4.
Manifestasi
Klinis
1.
Gejala muncul ketika sel
serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan
sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala yang spesifik untuk kanker serviks ini.
a.
Perdarahan vagina abnormal
b.
Dapat berkembang menjadi
ulserasi pada permukaan epitel serviks, tetapi tidak selalu ada.
c.
Nyeri abdomen dan punggung
bagian bawah
d.
Menandakan bahwa perkembangan
penyakit sangat cepat.
e.
Menstruasi abnormal (lebih lama
dan ebih banyak)
f.
Keputihan yang menetap, dengan
cairan yang encer, berwarna merah muda, coklat, mengandung darah atau hitam
serta bau busuk.
2.
Gejala kanker serviks stadium
lanjut
a.
Nafsu makan berkurang
(anoreksia), penurunan berat badan, dan kelelahan
Nyeri
panggul, punggung dan tungkai (Mitayan, 2009 : 225)
5.
Patofisiologi
Karsinoma serviks timbul dibatas antara epitel yang melapisi
ektoserviks (parsial) dan endoserviks kanalik serviks yang disebut Squamo
Columnar Junction (SCJ). Pada wanita muda SCJ ini berada di luar ostium uteri
eksterneum, sedang wanita berumur > 35 tahun SCJ berada didalam kanalis
serviks. Pada awal perkembangannya kanker serviks tak memberi tanda-tanda atau
keluhan. Pada pemeriksaan dengan spekulum tampak sebagai porsio yang erosif
(Metaplasia Skuamosa) yang fisiologi/patologik.
Tumor dapat tumbuh eksofitik mulai dari SCJ ke arah lumen vagina
sebagai masa proliferasi mengalami infeksi sekunder dan nekrosis, endofitik
mulai dari SCJ tumbuh ke dalam serviks dan cenderung utuh mengadakan infiltrasi
menjadi ulkus, ulseratif cenderung merusak jarinan serviks dengan melibatkan
awal farniase vagina menjadi ulkus yang luas.
Serviks yang normal, secara alami mengalami proses metaplasi (erasio)
akibat saling desak mendesaknya kedua jenis epital yang melapisi. Dengan
masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula
faali/fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displatik-diskariotik)
melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma
invasif. Sekali menjadi mikro invasif atau invasif, proses keganasan akan
berjalan terus.
Periode laten (dari NIS-I s/d KIS) tergantung dari daya tahan tubuh
penderita. Umumnya fase prainvasif berkisar antara 3-10 tahun (rata-rata 5-10
tahun). Perubahan epitel displatik serviks secara kontinu yang masih
memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan/tanpa diobati itu
dikenal dengan unitarian concept dari Richart. Histopatologik sebagian terbesar
(95-97%) berupa epidermoid atau squamous cell carcinoma, sisanya
adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma, dan yang paling
jarang adalah sarkoma.
Gambar 8.1 patofiologi kangker
Serviks (Mitayan, 2009 : 235)
6.
Klasifikasi
1.
Menurut Danielle .G. dan Jane
Charette. Dalam buku Keperawatan Onkologi
Ada 2 tipe utama kanker cerviks secara histologi yaitu :
Ada 2 tipe utama kanker cerviks secara histologi yaitu :
a.
Karsinoma Skuamosa, terdiri dari 80-95%
kanker dan terjadi lebih sering pada wanita usia lanjut.
b.
Adenokarsinoma. Sisa dari kasus yang ada
terjadi lebih sering pada wanita usia muda dan cenderung akan menjadi kanker
yang agresif (berkembang dengan sangat cepat) terjadi
pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan
jaringan yang rapuh dan mudah berdarah
Klasifikasi
pertumbuhan sel akan kankers serviks
Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal
epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tdk dapat
dibedakan dengan karsinoma insitu.
2. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi
pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah
ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
3. Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan
derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan
invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor
ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kangker.
7.
Stadium karsinoma invasif
Gambar 4.1 Setadium Kanker Serviks
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan
sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi.
Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks
dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan
parametrium dan korpus uteri.
5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan
karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh
kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam
vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan
tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan
parametrium.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks
yang lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
Markroskopis
1. Stadium preklinis
Tidak dapat
dibedakan dengan servisitis kronik biasa
2. Stadium permulaan
Sering
tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3. Stadium setengah lanjut
Telah
mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
8. Stadium lanjut
Tahapan kanker servikal
diuraikan sebagai berikut :
·
Tahap 1, sel kanker hanya dapat dalam
serviks
·
Tahap 2 kanker menyebar kedalam struktur
sekitar seperti bagian bawah vagina atau jaringan yang bersebelahan dengan
serviks.
·
Tahap 3, tumor menyebar ke setruktur
sekitar seperti bagina bawah vagina, kelenjar getah bening yang berdekatan,
atau jaringan yang terdapat bersebelahan di daerah panggul. Kadang-kadang tumor
yang telah menyebar ke panggul dapat menekan salah satu ureter (saluran yang
mengalirkan urin dari ginjal ke kandung kemih). Apabila tumor menekan ureter,
akan terjadi penumpukan urin di ginjal
·
Tahap 2 dan 3 disebut kanker servikal
lokal yang lanjut
·
Tahap 4, tumor telah menyebar ke kandung
kemih atau usus besar atau keluar daerah rongga panggul. Tahap ini mencakup
tumor yang telah menyebar ke paru, hati atau tulang, walaupun keadaan ini tidak
biasa.
Apabila kanker timbul
kemabli sesudah terapi, disebut sebagai “recurrent cancer”.
Terdapat 2 tipe yaitu
mikro-invasif dan invasif
1.
Karsinoma mikroinvasif
Adalah satu atau lebih lesi yang membesar tidak lebih
dari 3 mm di bawah membran basal tanpa adanya infasif limfatik atau vaskuler.
2.
Karsinoma invasif
Adalah penyebaran karsinoma ke arah lain, kanker
serviks invasif tidak menampakkan gejala tunggal yang spesifik, yang terjadi
adalah pendarahan yang terjadi saat coitus atau latihan fisik, nyeri hematuria,
dan gagal ginjal akibat penyebaran kanker ke kandung kemih dan obstruksi serta
pendarahan rektal serta obstruksi bowel. Terapi pembedahan dan radioterapi.
3.
Kanker Serviks Lanjut
dan Berulang
Sekitar 1 dari 3 wanita dengan kanker serviks invasif,
mempunyai penyakit berulang atau persisten setelah terapi.
9.
Tanda
dan Gejala
Kanker leher rahim pada
stadium dini sering tidak menunjukkan gejala atau tanda-tanda yang khas, bahkan
kadang-kadang tidak ada gejala sama sekali.
Gejala yang mungkin
timbul antara lain :
·
munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan
intim.
·
Keluar keputihan atau cairan encer dari
vagina
·
Pendarahan sesudah mati haid
·
Pada
tahap lanjut dapat keluar cairan kakuning kuningan, berbau dan dapat bercampur
dengan darah.
·
juga
hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal.
·
penurunan
berat badan drastis.
Apabila gejala-gejala
tersebut sudah muncul, biasanya kanker sudah dalam setadium lanjut. Untuk itu
perlu segera diperiksakan ke dokter karena makin dini penyakit didiagnosis dan
diobati, makin besar kemungkinan untuk disembuhkan.
10.
Komplikasi
1.
Berkaitan dengan intervensi pembedahan
a.
Vistula Uretra
b.
Disfungsi bladder
c.
Emboli pulmonal
d.
Infeksi pelvis
e.
Obstruksi usus
2.
Berkaitan dengan kemoterapi
a.
Sistitis radiasi
b.
Enteritis
c.
Supresi sumsum tulang
d.
Mual muntah akibat pengunaan
obat kemoterapi yang mengandung sisplatin
e.
Kerusakan membrane mukosa GI
f.
Mielosupresi
11. Manajemen
medik umum
A.
Pemeriksaan diagnostik
Penapisan atau
screening kanker leher rahim ditujukan untuk menemukan lesi pra-kanker
· Perempuan
yang sudah menikah atau sudah melakukan sanggama, terutama yang berusia antara
30-50 tahun
· Perempuan
yang menjadi klien pada klinis IMS
· Perempuan
yang tidak ahmil (perempuan hamil tiadak boleh mengalami pengobatan krioterapi)
· Perempuan
yang mendatangi puskesmas, klinik IMS atau klinik KB yang secara khusus maminta
penapiasan kanker leher rahim
Cara
–cara melakukan deteksi dini adalah:
a. Inspeksi
Visual dengan Asam Asetat (IVA)
IVA adalah pemeriksaan
visual dengan cara mengamati serviks yang telah dipulas dengan asam asetat atau
asam cuka (3-5%) dengan mata telanjang. Daerah yang tidak normal akan berubah
warna denagan batas yang tegas menjadi putih (acetowhite) yang mengindikasikan
bahwa serviks mungkin memiliki lesi pra-kanker.
Iva adalah pemeriksaan
yang dianjurkan untuk fasilitasi dengan sumber daya rendah bila dibandingkan
denagan jenis penapisan lain, karena :
· Mudah
dilakukan, aman, dan tidak mahal
· Akurasinya
sama dengan tes-tes lainnya
· Dapat
dipelajari dan dialkukan oleh hampir semua tenaga kesehatan yang sudah terlatih
· Dapat
dilakukan disemua jenjang tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas,
puskesmas pembantu, polindes dan kelinik kedokteran)
· Langsung
ada hasilnya sehingga dapat segera dialkukan pengobatan dengan krioterapi
· Sebagaian
besar peralatan dan bahan untuk pelayanan mudah didapat
· Tidak
bersifat invasif dan dapat mengidentifikasi berbagai lesi pra-kanker secara
efektif
Sedangkan beberapa hal
penting terkait dengan pemeriksaan IVA antara lain.
a.
Peralatan
dan bahan
Peralatan yang
dibutuhkan untuk melakukan IVA adalah peralatan yang biasa tersedia di kelinik
atau poli KIA seperti berikut :
· Meja
periksa gynekologi dan kursi
· Sumber
cahaya yang memadai agar cukup menyinari vagina dan serviks
· Spekulum
graves bivalved (cocor bebek)
· Nampan
atau wadah peralatan
· Sarana
pencegahan infeksi
· Bahan-bahan:
kapas lidi, sarung tangan (disposable), spatula kayu yang masih baru, larutan
asam asetat atau cuka dapur (3-5%), larutan klorin 0,5% (untuk mensterilkan
alat).
b.
Konseling
sebelum tindakan
Sebelum dilakukan VIA
ibu-ibu perlu di kumpulkan lebih dahulu untuk edukasikelompok, konseling ( bila
memugkinkan) agar memahami pentinggnya penapsiran dan deteksi dini.
c.
Konseling
Setelah Tindakan
· Apaabila
hasil tes IVA-positif dapat langsung dilanjutkan dengan pegobatan krioterapi
pada hari yang sama, kecuali pad keadaan tertentu dimana ibu/klien harus
meminta persetujuan suaminya. Hal ini untuk mengurangi kemugkinan ketidak
hadiran ibu/klien pada kunjungan berikutnya.
· Seorang
perempuan yang mendapat hasil tes IVA-negatif, harus menjalani penapisan
minimal 5 (lima) tahun sekali. Bagi mereka yang hasil tes IVA-positif dan mendapatkan pengobatan, harus mejalani tes
IVA berikutnya sat5u tahun kemudian.
d.
Pemberian
Pelayanan Krioterapi
· Krioterapi
adalah proses pembekuan leher rahim, baik dengan menggunakan CO2 atau NO2
sebagai pendingin. Pengobatan berupa penerapan pendidikan terus menerus selama
3(tiga) menit untuk membekukan (freeze), diikuti pencarian selama 5 (lima)
menit, kemudian 3 (tiga) menit pembekuan kembali.
· Sebelum
tindakan Kriterepi ibu/klien perlu mendapatkan penjelasan lengkap tentang
tindakan yang akan dijalaninya, risiko, manfaat, angka kebersihan, dan
lain-lain. Klien juga perlu diberikan dorongan untuk menyatakan pendapatnya dan
menayakan kembali apakah klien telah memahami tindakan dan bersedia
menjalaninya.
b.
Pemeriksaan
Pap Smear
Pap Smear berasal dari
kata papanicolaou, yaitu nama seorang ahli yang mempelopori pemeriksaan leher
rahim pada tahun 1943. Dasar pemeriksaan ini adalah memeriksa secara
mikroskopis sel sel yang berasal dari selaput lendir leher rahim atau
neoplasma.
Pap smear mudah dikerjakan,
tidak menimbulkan rasa sakit dan dapat dialkukan berulangkali.
Pemeriksaan papsemir
dapat mengurangi resiko terkenanya kanker serviks, karena perubahan perubahan
sel yang abnormal akan tampak pada pemeriksaan mikroskopiis dan dapat di obati
dan di sembuhkan sebelum berkembang menjadi kanker.
Biyaya Pap Smear
relatif terjangkau dan jauh lebih murah dibandingkan biyaya peanggulangan
kanker leher rahim.
Pemeriksaan Pap Smear
dilakukan sekali setahun. Bila tiga kali hasil pemeriksaan normal, pemeriksaa dapat
dilakukan selama 2 tahun sekali.
Pada perempuan kelompok
risiko tinggi sebaliknya melakukan pemeriksaan Pap Smear setahun sekali atau
sesuai petunjuk dokter
Pap Smear dapat
dilakukan setiap saat kecuali pada masa haid. Dua hari sebelum pemeriksaan Pap
Smear sebaiknya tidak melakukan seggsama
atau menggunakan obat-obatan yang dimasukan kedalam vagina.
Adapun pengobatan atau tindakan yang dilakukan
sesuai dengan setadium kanker leher rahim adalah sebagai berikut :
· Stadium
0 (karsinoma in-situ) : terapi operasi berupa konikasi (jika pasien masih muda dan masih menginginkan anak), atau
operasi histerektomi simpel.
· Stadium
IA-IIA : operasi histerektomi simpel atau radiasi
· Stadium
IIB-IIIB : Radiasi atau kemoradiasi
· Stadium
IV : Terapi Paliatif, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
penderita
c.
Vaksin
HPV
Adalah suatu langkah
maju yang patut dibanggakan bahwa dalam upanya kesehatan perempuan saat ini
telah telah ditemukan sebuah vaksin yang dapat mencegah kanker leher rahim.
Vaksin HPV ini bekerja
dengan cara mencegah human papiloma virus (HPV) yang dapat menyebabkan kanker
serviks. Diharapakan vaksin ini akan mencegah sedikitnya 70% (7 dari 10) jenis
kanker serviks (squamous cell) yang paling sering terjadi.
Vaksin diberikan
melalui suntikan ke dalam otot (lengan atas atau paha). Penyuntikan vaksin
sebanyak 3 (tiga) dosis yang terpisah. Setelah dosis pertama, dosis kedua kedua
dan ketiga diberikan 2 bulan dan 6 bulan kemudian.
Dari fakta bahwa HPV
ditularkan melalui hubungan seks, maka vaksin ini paling efektif apabila di
berikian kepada anak perempuan sebelum mereka mulai melakukan hubungan seks.
Sementara ini diperkirakan bahwa vaksin akan di berikan pada perempuan berusia
11 tahun, karena semua jenis vaksin bekerja paling baik apabila diberikan pada
anak-anak sebelum mencapai usia remaja.
d.
Pasca
pengobatan
· Setelah
pengobatan selesai, dibutuhkan pemeriksaan berkala dengan teratur dan mungkin
diperluakn pemeriksaan radiologis atau scan.
· Bila
terjadi masalah pada fisik atau efeksamping pengobatan yang terus berlangsung.
· Perlu
diberi penyuluhan mengenai “penyesuaian kehidupan sesudah kanker” yang berisi
nasihat nasihat untuk menjaga kesehatan dan lain sebagainya
· Pada
tindakan histerektomi dan kedua indung
telur diangkat, atau radioterapi di daerah panggul, akan terjadi
menopause dini.
· Radioterapi
daerah panggul dapat menyebabkan vagina menjadi lebih sempit sempith sehingga
ada kesulitan dan ketidak nyamanan dalam hubungan seks. Untuk menjaga kelentura
otot-otot vagian dapat digunakan krim hormon, dilator vagina atau melakukan
hubungan seks secara teratur.
· Hubungan
seks setelah terapi kenker sangat aman. Seks tidak akan membuat kaker timbul
kembali dan pasanagn tidak akan tertular kanker. Namun untuk beberapa minggu
pangan perlu berhati-hati dan serileks mungkin sebelum kembali ke kehidupan
seksual normal.
B. Terapi
a. Irradiasi
• Dapat dipakai untuk semua stadium
• Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
• Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
b. Dosis
Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
c. Komplikasi irradiasi
• Kerentanan kandungan kencing
• Diarrhea
• Perdarahan rectal
• Fistula vesico atau rectovaginalis
d. Operasi
• Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II
• Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal
e. Kombinasi
• Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
f. Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.
C. Pengobatan Kanker Serviks
1.
Operasi
Ada beberapa jenis operasi untuk pengobatan kanker
serviks. Beberapa pengobatan melibatkan pengangkatan rahim (histerektomi).
Daftar ini mencangkup beberapa jenis opersi yang paling umum di lakukan pada
pengobatan kanker serviks.
i.
Cryosurgery
Sebuah probe metal yang didinginkan dengan nitrogen
cair dimasukkan kedalam Vagina dan leher rahim. Cara ini dapat membunuh sel-sel
abnormal dengan cara membekukanya. Cryosurgery digunakan untuk mengobati kanker
serviks yang hanya ada di dalam leher rahim (stadium 0), bukan kanker invasif
yang telah menyebar keluar leher rahim.
ii.
Bedah
Laser
Cara ini menggunakan sebuah sinar laser untuk membakar
sel-sel atau menghapus sebagian kecil jaringan sel rahim untuk dipelajari.
Pembedahan laser hanya di gunakan sebagai pengobatan kanker serviks pra-invasif
(stadium 0).
iii.
Konisasi
Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan di angkat
dari leher rahim. Pemotongan dilakukan menggunakan pisau bedah, laser atau
kawat tipis yang di panaskan oleh listrik. Pendekatan ini dapat digunakan untuk
menemukan atau mengobati kanker serviks tahap awal(stadium 0 atau 1).
iv.
Histerektomi
·
Histerektomi sederhana
Cara kerja metode ini adalah mengankat rahim, tetapi
tidak mencangkup jaringan yang berada didekatnya. Vagina maupun kelenjar getah
bening panggul tidak diangkat. Rahim dapat diangkat dengan cara operasi
dibagian depan perut atau melalui vagina.
Setelah dilakukan operasi ini, seorang wanita tidak
bisa hamil. Histerektomi digunakan untuk mengobati beberapa kanker serviks
stadium 5 awal (stadium 1) dan mengobati kanker stadium prakanker (stadium
0) jika sel-sel kanker ditemukan pada batas tepi konisasi.
·
Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening
panggul
Pada operasi ini, dokter bedah akan mengangkat seluruh
rahim, jaringan di dekatnya, Vagina bagian atas yang berbatasan dengan leher
rahim, dan beberapa kelenjar getah bening yang berada di daerah panggul. Opersi
ini paling sering di lakukan melalui pemotongan bagian depan perut, bukan
dilakukan melalui vagina.
v.
Trachlektomi
Sebuah prosedur yang disebut trachlektomi radikal
memungkinkan wanita muda dengan kanker stadium awal dapat di obati dan masih
dapat mempunyai anak. Metode ini meliputi pengangkatan serviks dan bagian atas
Vagina, kemudian meletkkanya pada jahitan berbentuk kantong yang bertindak
sebagai pembukaan leher rahim didalam rahim. Kelenjar getah bening didekatnya
juga di angkat. Opersi ini bisa dilakukan melalui vagina atau perut.
Setelah operasi ini, beberapa wanita dapat mengalami
kehamilan jangka panjang dan melahirkan bayi yang sehat melalui operasi caecar.
Resiko terjadinya kekambuhan kanker sesudah pengobatn ini cukup rendah.
vi.
Ekstenterasi
Panggul
Selain mengambil semua organ dan jaringan vagina dan
perut, pada opersi jenis ini juga dilakukan pengangkatan kandung kemih, vagina,
dubur, dan sebagian usus besar. Operasi ini dilakukan saat kanker serviks
kambuh kembali setelah pengobatan sebelumnya. Diperlukan waktu enam bualan atau
lebih untuk pulih dari opersi radikal ini. Namun, wanita yang pernah menjalni
opersi ini tetap dapat menjalani kehidupan dengan bahagia dan produktif.
2.
Radioterapi
Pada pengobatan kanker serviks, radioterpi ditetapkan
dengan melakukan radiasi eksternal yang diberikan bersama dengan kemoterpi
dosis rendah. Untuk jenis pengobatan radiasi internal, zat radioaktif
dimasukkan kedalam silinder didalam vagina. Kadang-kadang, bahan-bahan
radioaktif ini ditempatkan kedalam jarum tipis yang dimasukkan langsung kadalam
tumor.
3.
Kemoterapi
Kemoterapi
adalah penggunaan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker. Biasanya
obat-obatan tersebut di berikan melalui infus kedalam pembuluh darah atu
melalui mulut. Setelah obat masuk kealiran darah, maka akan menyebar keseluruh
tubuh. Terkadang, ada beberapa obat yang diberikan dalam satu waktu.
D. Pengobatan
kanker serviks berdasarkan stadiumnya
a. Stadium prakanker (stadium 1)
Stadium
prakanker hingga stadium 1 awal biasanya diobati dengan histerektomi. Apabila
pasien massih ingin memiliki anak biasanya dilakukan metode LEEP atau cone
biopsy.
b. Stadium awal (stadium 1 dan II)
- Apabila
ukuran tumor kurang dari 4 cm biasanya dilakukan radikal histerektomi atau
radioterapi dengan atau tampa kometerapi.
- Apabila
ukuran tumor lebih dari 4 cm biasanya dilakukan radioterapi dan kemoterapi
berbasis cisplatin, histerektomi, atau kometerapi berbasis cisplatin yang
dilanjutkan dengan histerektomi.
c. Stadium lanjut(stadium akhir II Akhir-IV
awal)
Kanker
serviks pada stadium ini dapat diobati dengan radioterapi dan kometerapi
berbasis cisplatin. Pada stadium sangat lanjut(stadium IV akhir),dokter dapat
mempertimbangkan kometerapi dengan kombinasi obat, misalnya hycamtin dan
cisplatin.
Jika
kesembuhan tidak dimungkinkan, tujuan pengobatan selanjutnya adalah mengangkat
atau menghanjurkan sebanyak mungkin sel-sel kanker. Biasanyaa dilakukan
pengobatan yang bersifat paliatif-ditujukan untuk mengurangi gejele-gejela.
terimakasih banyak untuk pembahasannya ini sangat membantu
BalasHapusterima kasih ini membantu nambahin yang kurng nya si tugas akhir saya heheh
BalasHapuscuman ini kurng daptar pustaka ny ajah hehe
Selain itu, perlu diketahui juga pencegahan kanker serviks sedari dini supaya terhindar dari penyakit pembunuh wanita nomor satu di dunia ini.
BalasHapusSumbernya darimana? Terimakasih.
BalasHapus